Birokrasi “Sistem Rampasan”

Senin, 21 April 2025 - 20:30 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Birokrasi

Birokrasi "Sistem Rampasan" . (Foto: Lombokini.com/Istimewa).

Oleh: Ir. Lalu Muh. Kabul, M.AP (Direktur Lembaga Pengembangan Pedesaan)

 

Istilah birokrasi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1765 oleh filosof Perancis Vincent de Gourmay. Birokrasi berasal dari kata “bureau” dalam bahasa Perancis yang berarti meja atau kantor dan “cracy” berasal dari kata “kratos” dalam bahasa Yunani yang berarti kekuasaan atau pemerintah. Birokrasi dimaknai sebagai sistem pemerintahan  yang dilaksanakan oleh pegawai pemerintah. Secara formal, istilah birokrasi digunakan oleh ahli sosiologi Jerman Max Weber dalam karyanya “Wirtschaft und Gesellschaft” pada tahun 1922. Dalam pandangan Weber birokrasi merupakan tipe ideal organisasi yang bercirikan antara lain kekuasaan berlandaskan hukum, hierarkis, dan meritokrasi.

Dalam birokrasi Weber ada hubungan hierarkis atasan-bawahan berdasarkan garis komando, posisi dan jabatan dalam hierarki berlandaskan hukum, pembagian tugas dan spesialisasi kerja berdasarkan kompetensi, tidak mengenal hubungan personal, tetapi impersonal. Model birokrasi Weber inilah yang mempengaruhi reformasi birokrasi di Eropah pada abad ke-19 (Hughes,2018). Lebih jauh Hughes (2018) menyatakan bahwa pemikiran Woodrow Wilson dalam karyanya berjudul “Study of Administration” pada tahun 1878 mempengaruhi reformasi birokrasi di Amerika serikat juga pada abad ke-19. Wilson secara tegas memisahkan birokrasi dari politik, sehingga birokrasi itu netral, sama sekali tidak dipengaruhi oleh politik.

Baca Juga :  Elitisasi Sejarah Sasak: Bercermin pada Teater Cupak Gerantang

Sebelum diberlakukannya reformasi birokrasi di Eropah dan Amerika Serikat, dikenal sistem birokrasi yang disebut birokrasi “spoils system” atau birokrasi “sistem rampasan”. Birokrasi “sistem rampasan” ini juga dikenal sebagai birokrasi “patronase”. Disebut birokrasi “sistem rampasan” karena begitu pemilihan umum (pemilu) selesai semua posisi dan jabatan birokrasi mulai dari posisi yang paling tinggi hingga terendah dirampas untuk diisi dan diangkat oleh partai pemenang pemilu. Istilah “spoils” atau “rampasan” diperkenalkan oleh senator New York William L.Marcy pada tahun 1832.

Dengan perkataan lain, dalam birokrasi “sistem rampasan” posisi dan jabatan birokrasi ditentukan berdasarkan hubungan personal, pertemanan, kekerabatan, kedekatan politik, dan sejenisnya. Birokrasi “sistem rampasan” ini di Amerika Serikat mencapai puncaknya pada tahun 1830-an pada masa pemerintahan Presiden Andrew Jackson (Hughes, 2018). Untuk memutus rantai birokrasi “sistem rampasan” tersebut kemudian pada tanggal 16 Januari 1883 di Amerika Serikat diberlakukan “Pedleton Act”, sehingga terjadi pergeseran sistem birokrasi dari “sistem rampasan” menjadi sistem merit atau “meritokrasi” (Johnson & Libecap, 1994). Pada tahun 1904 yakni dua puluh satu tahun setelah diterapkannya “Pedleton Act” dimana 50 persen dari total pegawai pemerintah federal Amerika Serikat diangkat berdasarkan meritokrasi.

Baca Juga :  Bidang Kebudayaan Lombok Timur Dikritik 'Tanpa Kerjaan', Budaya Sasak Terancam Punah

Disebut “Pedleton Act” karena diusulkan ke Kongres Amerika Serikat oleh senator George Pedleton. Terbitnya “Northcote-Trevelyn Report” pada tahun 1854 menjadi tonggak awal beralihnya sistem birokrasi Inggris dari “sistem rampasan” menjadi “meritokrasi” (Hughes, 2018). Disebut “Northcote-Trevelyn Report” karena laporan tersebut dipersiapkan oleh Stafford H. Northcote dan C.E.Trevelyn.

Berita Terkait

Sasak Kini Tidak Asli: Dekonstruksi Klaim Keaslian Elit
Pemerintah NTB Dukung Perjuangan Pemekaran Provinsi Pulau Sumbawa
Elitisasi Sejarah Sasak: Bercermin pada Teater Cupak Gerantang
Teori Melankolia Musik Sasak: Suara dari Luka Kultural
Meragukan Babad-babad Sasak
Masnun Melawan Mitos Suksesi UIN Mataram
Dr. Mugni Pimpin DPKD Lotim dengan Lima Gebrakan Inovatif
Bidang Kebudayaan Lombok Timur Dikritik ‘Tanpa Kerjaan’, Budaya Sasak Terancam Punah

Berita Terkait

Jumat, 16 Mei 2025 - 21:33 WITA

Wabup Lombok Timur Lepas Peserta Lomba Lari Trail Rinjani 100

Kamis, 15 Mei 2025 - 18:58 WITA

24.000 UMKM Terdata di Lombok Timur, Verifikasi Bantuan Dimulai Juli 2025

Kamis, 15 Mei 2025 - 16:55 WITA

Dewan Pers Ungkap 87 Persen Jurnalis Perempuan Alami Kekerasan Seksual Digital

Kamis, 15 Mei 2025 - 15:05 WITA

Kejari Lombok Timur Periksa Puluhan Kepala Sekolah dalam Kasus Korupsi Chromebook Rp 32,4 M

Kamis, 15 Mei 2025 - 14:24 WITA

Komaruddin Hidayat Terpilih sebagai Ketua Dewan Pers 2025-2028, Hadapi Tantangan Disrupsi Digital 

Kamis, 15 Mei 2025 - 00:29 WITA

KP4S akan Gelar Aksi 5 Hari, Pelabuhan Poto Tano Tetap Beroprasi

Rabu, 14 Mei 2025 - 22:51 WITA

Aliansi Aktivis Melawan Demo BRI Selong, Tuduh Oknum Pegawai Tipu Nasabah

Rabu, 14 Mei 2025 - 21:15 WITA

BI Gandeng APIKM Lombok Timur Perkuat Ekosistem QRIS untuk UMKM

Berita Terbaru

Wabup Lombok Timur Lepas Peserta Lomba Lari Trail Rinjani 100. (Foto: Lombokini.com).

Lombok Timur

Wabup Lombok Timur Lepas Peserta Lomba Lari Trail Rinjani 100

Jumat, 16 Mei 2025 - 21:33 WITA

Kemenpar Susun Regulasi Wisata Edukasi untuk Jamin Keamanan dan Nilai Pembelajaran. (Foto: Lombokini.com).

Nasional

Kemenpar Segera Terbitkan Regulasi Baru untuk Wisata Edukasi

Jumat, 16 Mei 2025 - 21:04 WITA

Bayi Baru Lahir Ditemukan di Berugak Masjid Lombok Timur. (Foto: Lombokini.com).

Hukrim

Bayi Baru Lahir Ditemukan di Berugak Masjid Lombok Timur

Jumat, 16 Mei 2025 - 12:55 WITA

Tradisi Maulid Adat di Masjid Kuno Bayan Beleq, Lombok Utara. (Foto: Lombokini.com).

Opini

Sasak Kini Tidak Asli: Dekonstruksi Klaim Keaslian Elit

Jumat, 16 Mei 2025 - 10:49 WITA