LOMBOKINI.com – Kopi Sembalun, yang berasal dari desa Sembalun di Lombok Timur, merupakan salah satu produk lokal yang memiliki sejarah panjang dan mendalam. Namun, pada tahun 1980-an, produksi kopi mulai tergeser oleh program pemerintah pusat yang mendorong penanaman bawang putih.
Sejarah kopi di Sembalun dimulai pada masa penjajahan Belanda, pada awal abad ke-20. Para penjajah memperkenalkan tanaman kopi ke pulau Lombok, termasuk ke Sembalun, karena kondisi geografis dan iklimnya yang ideal untuk pertumbuhan kopi. Sejak saat itu, kopi menjadi salah satu komoditas utama di Sembalun.
Masyarakat Sembalun mengembangkan metode pertanian kopi yang khas, dengan menanam pohon kopi di lereng bukit yang subur dan mengelola kebun secara tradisional.
Mereka menggunakan teknik ramah lingkungan, seperti tidak menggunakan pestisida kimia dan memilih proses pengeringan alami, yang menghasilkan biji kopi dengan rasa unik dan kaya.
Namun, pada tahun 1980-an, banyak petani di Sembalun beralih menanam bawang putih sebagai bagian dari program pemerintah pusat.
Pergantian tersebut mengharuskan para petani menebang tanaman kopi, yang mengakibatkan gundulnya lereng dan kawasan hutan.
Selain itu, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan juga menyebabkan kerusakan unsur hara tanah.
“Kerusakan ini sangat berdampak pada kesuburan tanah,” ujar H. Sapa, seorang petani kopi di Desa Bumbung, kepada Lombokini.com, Kamis, 25 Juli 2024.
Kini, masyarakat Sembalun kembali membudidayakan kopi, khususnya jenis Arabika dan Robusta.
H. Sapa menyebutkan bahwa hasil panen kopi setiap tahunnya semakin meningkat, begitu pula dengan harganya. Kopi kini dikenal sebagai “emas hijau” lereng Rinjani.
“Dalam sejarahnya, masyarakat Sembalun yang tinggal di kaki gunung Rinjani dikenal sebagai penghasil kopi berkualitas dunia,” jelasnya.
Ketinggian wilayah Sembalun yang berada di atas 800 meter di atas permukaan laut (mdpl) memiliki potensi besar untuk pengembangan kopi jenis Arabika.
Oleh karena itu, H. Sapa mengajak masyarakat Sembalun untuk kembali ke masa kejayaannya sebagai daerah penghasil kopi.***
Penulis : Ong