LOMBOKINI.com – Ratusan warga Desa Masbagik Utara, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), mengikuti edukasi pengelolaan sampah organik dan non-organik, Ahad, 11 Agustus 2024.
Acara bertema “Penyuluhan dan Kampanye Lingkungan Hidup” ini digagas oleh H. Lalu Hasan Rahman, Anggota DPRD Dapil Lotim IV, sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.
Kegiatan yang fokus pada pengelolaan sampah rumah tangga, baik organik maupun non-organik, dan dihadiri oleh ratusan warga Desa Masbagik Utara serta perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lombok Timur, yang bertindak sebagai pembicara.
Hari Rahman, yang membidangi Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 (PSLB3) di TPA Ijo Balit, di bawah naungan DLH Lotim, menjelaskan tentang kondisi penanganan sampah di Kabupaten Lombok Timur.
Dia mengatakan, dengan populasi hampir 1,4 juta jiwa, kabupaten ini menghasilkan lebih dari 200 ribu ton sampah per tahun, namun kurang dari 50 persen yang tertangani dengan baik.
“Sampah yang tidak tertangani seringkali berakhir di lahan kosong, saluran air, sungai, atau bahkan di laut,” kata Hari.
Sampah yang menumpuk di saluran air dapat menyebabkan banjir, sementara sampah di lahan kosong menghasilkan bau tidak sedap. Di laut, sampah tersebut dapat mengurangi hasil tangkapan ikan nelayan, yang pada akhirnya berimbas pada ekonomi.
“Seperti hukum ekonomi, ketika stok barang sedikit, harganya meningkat. Begitu pula dengan ikan,” jelas Hari.
Melalui penyuluhan dan kampanye lingkungan hidup yang dibiayai dari pokok pikiran H. Lalu Hasan Rahman fraksi Partai Golkar ini, diharapkam masyarakat dapat memanfaatkan dan meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya pengelolaan sampah.
Hari juga menekankan bahwa pengelolaan sampah memerlukan kemauan dan kedisiplinan. “Dari sekian banyak peserta, hanya satu yang sudah mempraktikkan pemilahan sampah organik dan non-organik,” ujarnya.
Dalam sesi tanya jawab, hanya satu peserta, Ibu Mariani, yang mengaku sudah memisahkan sampah plastik (non-organik) dengan sampah dapur (organik).
Dia bahkan memanfaatkan sampah plastik tersebut sebagai barang bernilai ekonomis. Namun, belum sepenuhnya memahami cara mengelola sampah dapur.
Selama penyuluhan, peserta juga diberikan penjelasan tentang cara mengelola sampah organik untuk menghasilkan biogas, pupuk cair dan padat, serta maggot untuk pakan unggas.
Ibu Asianti, salah seorang warga, menuturkan bahwa pengelolaan sampah organik di lingkungannya masih jarang dilakukan.
“Biasanya sampah langsung diangkut, hanya sampah plastik saja yang dipilah. Untuk membuat kompos atau biogas, jarang dilakukan,” ungkapnya.
Asianti berharap ada tindak lanjut dari penyuluhan ini agar masyarakat bisa langsung mempraktikkan cara-cara yang telah diajarkan.
“Kami berharap bisa mendapatkan pelatihan langsung agar tahu caranya,” harap Asianti.***
Penulis : Ong