LOMBOKINI.com – Ritel Modern seperti Alfamart – Indomaret bermunculan di Lombok Timur, salah satunya di Desa Sembalun Kecamatan Sembalun.
Alfamart yang tiba – tiba muncul bagaikan hantu, tanpa izin membangun baik ke pihak desa maupun sosialisasi ke masyarakat, memicu konflik.
Alfamart yang tidak lama beroperasi ini, dituntut masyarakat setempat untuk ditutup permanen. Karena dinilai merugikan pedagang lainnya terutama pedagang kecil.
Dari keterangan warga setempat, saat mulai membangun pernah di setop oleh warga. Namun, pemilik lahan membawa aparat kepolisian ke rumah kepala desa, untuk menanyakan alasan penyetopan pembangunan.
Selain itu, pemilik lahan menerangkan bahwa dia bekerja hanya untuk menebang kayu. “Menabang kayu saja dikawal polisi,” tutur mereka.
Ternyata, usai menabang kayu dilanjutkan dengan membangun ruko. Ruko tersebut rencananya untuk membuka grosiran dan menjual alat – alat gunung.
“Setelah jadi, tau – taunya dipasang plang Alfamart,” katanya.
Karena itu, masyarakat menuntut untuk segera menutup secara permanen alfamart tersebut. Bahkan melapor ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Lombok Timur.
Kepala Dinas DPMPTSP, Husnul Basri yang langsung meninjau ke lokasi pada Kamis, 13 Juli 2023, bersama jajarannya menjrlelaskan bahwa kedatangannya untuk menindaklanjuti laporan masyarakat.
“Kami turun untuk melihat kelapangan sesuai apa yang dilaporkan oleh warga Sembalun,” ujar Husnul.
Dia pun meminta dokemen – dokumen terkait dengan izin Alfamart tersebut. Namun, petugas yang jaga tidak bisa menunjukkan.
“Secepatnya kita bersurat ke management untuk mengurus semua kelengkapan administrasinya,” ujar Husnul.
Dijelaskannya, Khusus ritel modern menjadi perhatian Pemerintah Daerah (Pemda) Lotim. Sebab sensitif, karena menimbulkan gejolak hingga aksi massa.
“Jangan sampai kegiatan satu ini menciderai,” terang Husnul.
Dia juga memberi saran kepada masyarakat, sikap yang akan diambil terhadap kondisi ini. Kata dia, apakah menyarankan tutup atau meminta memulai dari nol.
“Tergantung kondisi masyarakat setempat. Intinya jangan sampai ribut, kalau bisa diselesaikan silahkan, kalau memang ditutup kita cari alas pembenar di tutup”, pungkasnya.***
Penulis : Ong
Editor : Redaksi