LOMBOKINI.com – Selama bertahun-tahun, Sargassum mengganggu wisata bahari dan aktivitas nelayan pesisir. Namun, anak muda NTB bersama mitra startup kini mengubah gulma laut cokelat ini menjadi produk biostimulan yang menyuburkan lahan pertanian.
Melalui program Blue Innovative Startup Acceleration (BISA), Lombok Research Center (LRC) dan startup Aquabloom memperkenalkan teknologi yang mengolah Sargassum menjadi biostimulan pertanian.
Mereka meluncurkan program ini di Desa Kertasari, Kecamatan Labuhan Haji, dengan dukungan penuh pemerintah daerah, baik Provinsi NTB maupun Kabupaten Lombok Timur.
Direktur LRC, Suherman, menyatakan inisiatif ini merupakan bagian dari upaya besar untuk membangun pertanian berkelanjutan.
“Sargassum menyimpan nilai ekonomi yang tinggi. Dengan dukungan banyak pihak, proyek ini akan berkelanjutan dan memberi manfaat bagi masyarakat pesisir dan petani,” katanya pada Selasa, 26 Agustus 2025.
Aquabloom melihat peluang besar di balik masalah yang selama ini ditimbulkan Sargassum. Direktur Aquabloom, Michelle Arsjad, menyebut biostimulan berbahan Sargassum mampu meningkatkan hasil pertanian 20-30 persen.
“Produk ini dapat petani gunakan untuk berbagai tanaman. Dari padi, jagung, hortikultura, hingga tembakau. Uji coba di sejumlah daerah menunjukkan 90 persen lahan mengalami peningkatan produksi,” jelasnya.
Michelle menekankan bahwa kunci keberhasilan terletak pada keberlanjutan. Menurutnya, program ini harus bersifat jangka panjang dan masyarakat dapat mereplikasinya di lokasi lain.
“Tanpa kesinambungan, manfaatnya hanya sesaat. Karena itu, semua pihak perlu terlibat,” tambahnya.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi NTB menilai inisiatif ini mendukung agenda pembangunan daerah. PPID Bappeda NTB, Maulida Illiyani, menyatakan pengolahan Sargassum sangat relevan dengan isu ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan.
“Program ini memberikan dampak kompleks, mulai dari mengurangi sampah, mewujudkan pertanian berkelanjutan, hingga meningkatkan ekonomi pesisir,” katanya.
Dia juga menekankan pentingnya dukungan masyarakat desa. “Jika pemerintah desa dan masyarakat bersatu, saya yakin Kertasari tidak hanya maju di sektor pertanian, tetapi juga memiliki komoditas unggulan dari Sargassum,” tambah Maulida.
Inovasi biostimulan ini menawarkan perspektif baru: limbah laut dapat menjadi solusi pangan. Dalam konteks global, pendekatan ini sejalan dengan tren ekonomi biru yang memanfaatkan potensi laut untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tanpa merusak ekosistem.
Inovasi semacam ini tidak hanya memberi nilai tambah bagi masyarakat lokal, tetapi juga dapat menjadi model bagi daerah lain.
Acara peluncuran program ini mereka tutup dengan penandatanganan kontrak kerja sama antara LRC, Aquabloom, dan Pemerintah Desa Kertasari.
Meski baru langkah awal, inisiatif ini menawarkan narasi baru bagi NTB; dari wilayah yang berhadapan dengan tumpukan gulma laut, menjadi pelopor inovasi ekonomi biru berbasis masyarakat.***
Penulis : Hari
Editor : Najamudin Anaji