LOMBOKINI.com – Akademisi dan pemerhati budaya, Dr. Karomi, mengkritik tajam kinerja Bidang Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur. Ia menilai bidang tersebut hampir tidak berperan aktif dalam menjaga dan merawat kebudayaan lokal. Bahkan, ia menyebutnya sebagai “bidang tanpa kerjaan”.
Sebagai Direktur Utama LPPM Universitas Gunung Rinjani (UGR), Dr. Karomi menegaskan bahwa bidang kebudayaan seharusnya menjadi garda terdepan dalam pelestarian nilai-nilai lokal. Namun, di Lombok Timur, bidang ini justru tidak menunjukan eksistensinya, baik melalui program maupun arah kebijakan yang jelas.
“Kita tak punya standar budaya yang jelas di Lombok Timur. Pakaian adat Sasak sudah jauh dari makna filosofis leluhur, sementara daerah lain justru menguatkannya sebagai identitas,” tegas Dr. Karomi kepada media, Jumat 5 Media 2025 di Selong.
Muhir, pemerhati budaya yang aktif dalam gerakan pelestarian budaya lokal, menyatakan dukungannya terhadap kritik Dr. Karomi.
“Menurut saya, kritik Dr. Karomi sangat tepat. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini, tetapi faktor utamanya adalah ketidakpahaman pimpinan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Padahal, dinas ini seharusnya menjadi pembantu Bupati dalam urusan pendidikan dan kebudayaan,” ujar Muhir.
Lebih lanjut, Muhir menilai masalah utama terletak pada pengambilan keputusan di tingkat tertinggi. “Pada akhirnya, saya berpendapat bahwa puncak kesalahan ada pada Bupati sebagai pembuat kebijakan. Kesalahan fatalnya adalah salah menempatkan individu sebagai kepala dinas, ” tegasnya.
Kedua tokoh ini memperingatkan bahwa tanpa arah dan strategi yang jelas, Lombok Timur berisiko kehilangan jati diri budaya warisan leluhur.
Mereka mendesak pemerintah daerah segera melakukan kajian menyeluruh terhadap elemen-elemen budaya lokal dan menata ulang struktur kelembagaan yang menangani kebudayaan. ***