LOMBOKINI.com – Adat merarik, atau kawin culik, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Sasak Lombok.
Meskipun kontroversial di mata masyarakat luar, di Lombok, tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Empat mahasiswa dari Universitas Mataram (Unram), M. Qomaruzzam Alawiyyin Batin Zohiro, Paenal Juni Harian, Khairul Nur Hazami, dan Santiani, menemukan fakta menarik terkait tradisi ini.
Mereka tergabung dalam Tim Riset Sosial dan Humaniora yang mendapat hibah pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek).
Mereka ditugaskan untuk melakukan penelitian di Desa Menceh, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur NTB, bulan Juli hingga Agustus 2023.
Penelitian mereka fokus pada peran sistem adat pernikahan Sasak dalam mengurangi potensi konflik yang timbul akibat adat merarik yang dilakukan pada usia anak.
Hasil penelitian selama dua bulan tersebut, menunjukkan bahwa budaya merarik memiliki peran alami dalam menangani potensi konflik yang mungkin muncul akibat pernikahan usia anak dengan adat merarik.
M. Qomaruzzam Alawiyyin Batin Zohiro, ketua tim PKM Riset Sosial dan Humaniora menjelaskan bahwa adat merarik terbagi menjadi dua tahap.
Tahap pertama menciptakan potensi konflik, sementara tahap kedua berfungsi sebagai penyeimbang.
Alawi menyatakan bahwa pentingnya data yang akurat dalam penelitian mereka. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara di lokasi penelitian, sementara data sekunder berasal dari penelitian sebelumnya yang relevan.
Mereka melakukan wawancara dengan 19 informan di Desa Menceh, dengan menyoroti pernikahan usia anak sebagai variabel penting.
Sebab, merarik yang dilakukan oleh pasangan yang sudah dewasa berpotensi menimbulkan konflik. Terutama jika salah satu pasangan masih di bawah usia 19 tahun.
Alasan pemilihan Desa Menceh sebagai lokasi penelitian adalah karena masih terdapat banyak kasus pernikahan usia anak dengan adat merarik di sana, sesuai dengan rekomendasi dari pihak camat.
Ini menjadi latar belakang yang kuat bagi penelitian mereka untuk memahami lebih dalam bagaimana budaya merarik berperan dalam mengelola konflik dalam pernikahan. ***